KH Mathori Ajak Teladani Kisah Nabi Nuh Dalam Kegiatan Khotmil Qur’an Warga Banjarsari-Mojokerto

Mojokerto – Warga Banjarsari kembali gelar Khotmil Quran ke-14, Minggu (6/7/2025) di Makam Umum Dusun Banjarsari, Desa Kedunglengkong, Kecamatan Dlanggu, Kabupaten Mojokerto.

Dalam kesempatan itu, Penasehat Jamaah, KH Mathori Hasan menambahkan, asal usul orang Jawa takut menikahkan anaknya di bulan suro karena takut saingan dengan Nyi Roro Kidul adalah sebuah kepercayaan yang populer di masyarakat Jawa.

“Nyi Roro Kidul adalah sebuah figur mitologis dalam budaya Jawa yang diyakini sebagai penguasa laut selatan Jawa. Ia dianggap sebagai seorang ratu yang cantik dan memiliki kekuatan supernatural. Bulan Suro diyakini sebagai bulan yang memiliki kekuatan mistis yang kuat, dan Nyi Roro Kidul diyakini memiliki peran penting dalam bulan ini,” jelas Kyai Mathori.

Masih kata Kyai Mathori, orang Jawa percaya bahwa jika seseorang menikah di bulan Suro, maka Nyi Roro Kidul akan merasa “saingan” dengan pengantin baru.

“Hal ini diyakini dapat membawa kesialan atau kemalangan bagi pasangan yang menikah. Kepercayaan ini berdasarkan pada mitos dan legenda yang berkembang di masyarakat Jawa. Namun, perlu diingat bahwa kepercayaan ini tidak memiliki dasar yang kuat dalam agama Islam atau ajaran lainnya,” terang Kyai Mathori.

Dalam beberapa tahun terakhir, kepercayaan ini masih banyak dipercayai oleh masyarakat Jawa, terutama di daerah pedesaan. Namun, banyak juga yang tidak mempercayai kepercayaan ini dan memilih untuk menikah di bulan Suro tanpa melakukan ritual atau upacara khusus.

“Semoga kita semua dihindarkan dari segala musibah saat bulan suro ini,” harap Kyai Mathori.

Selain itu, KH Mathori Hasan dalam tausiahnya juga mengangkat tema keteladanan Nabi Nuh AS, yang sangat relevan dengan semangat bulan Muharram.

“Nabi Nuh adalah simbol kesabaran yang luar biasa. Selama ratusan tahun beliau berdakwah, menghadapi penolakan, hinaan, bahkan cercaan dari kaumnya. Namun beliau tetap istiqomah dalam tugasnya menyampaikan ajaran Allah,” tutur beliau.

Ia juga mengisahkan bagaimana Nabi Nuh membangun kapal atas perintah Allah SWT, meskipun saat itu belum ada tanda-tanda banjir besar. Keimanan dan kepatuhannya menjadi pelajaran penting bagi umat Islam untuk tetap yakin pada janji Allah, meski logika manusia kadang tak bisa menjangkaunya.

“Kita sebagai umat akhir zaman harus belajar dari Nabi Nuh. Di tengah zaman yang penuh fitnah, kemaksiatan, dan ujian lahir batin, kita butuh sabar, istiqomah, dan tetap taat kepada Allah,” lanjut beliau.

KH Mathori Hasan menutup tausiahnya dengan ajakan untuk menjadikan bulan Suro sebagai momentum memperbaiki diri, mempererat ukhuwah, serta melestarikan tradisi-tradisi baik seperti khotmil Qur’an dan kenduri sebagai bentuk rasa syukur dan penghormatan kepada para leluhur.

Penanggung Jawab Kegiatan, Hadi Purwanto, ST,SH,MH menerangkan, semoga khotmil quran di makam umum Dusun Banjarsari bisa terus lestari.

“Mari sama-sama menjaga aset makam umum Dusun Banjarsari dan terus mengadakan kegiatan positif di makam umum Dusun Banjarsari,” pesan Hadi Purwanto.

Penasehat Kegiatan, Ustad Mukid menjelaskan, manusia tidak akan bisa menghitung berapa banyak nikmat dari Allah.

“Kegiatan ini semacam ini sudah putaran ke-14 dilaksanakan di Dusun Banjarsari. Tanpa dukungan dari masyarakat setempat tidak mungkin kegiatan ini bisa berjalan dengan baik,” ungkap Ustad Mukid.

Lebih lanjut dikatakannya, terima kasih kepada masyarakat Dusun Banjarsari dan juga rekan media yang telah menyiarkan kegiatan positif ini.Mas Hadi selalu istiqomah mendukung tenaga, materi dan pikirannya untuk kegiatan ini,pungkasnya.Demikian dilansir dari Media Majalah Global. (red)

Courtesy of Media Majalah Global

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *